Sabtu, 23 Oktober 2010

Coming Home

We are the ones we have been waiting for. -Barack Obama


This is me. Barack Obama, Presiden Amerika Serikat. Orang no 1 di negara paling dominan di planet ini saat ini.

Saya sibuk setiap harinya. Banyak urusan yang harus saya selesaikan. Dari masalah ekonomi hingga jaminan kesehatan. Dari masalah perusahaan pada bangkrut sampai perdamaian dunia.

Entah kenapa, rupanya saya harus ikut ngurusin semua itu. Mungkin karena kita perlu tempat mengadu, mungkin karena manusia perlu bersatu.

Jadi di sinilah saya, ngurusin semua itu.

Saya, Barack Obama, ayah saya Kenya, ibu saya Kansas. Kakek nenek saya dari Hawai.

Waktu kecil, saya tinggal di Jakarta, Indonesia. Di Menteng tepatnya.

Jakarta cuma jadi bayangan buat saya. Jadi setting background di foto-foto yang saya masih suka lihat, ketika saya kangen dengan ibu saya.

Tidak banyak yang saya ingat tentang Jakarta, umur saya 6 tahun waktu itu. Ada rumah, ada sekolah, ada kehidupan dan ada ibu. Tempat saya bertanya.

Saya kangen ibu saya, kangen untuk dipeluk dan ditenangkan waktu saya bertanya padanya, "Ma, kenapa saya berbeda dengan anak-anak lain di sekolah?"

Ibu saya bilang karena kamu istimewa, dan dia pandang saya, menguatkan saya.

Saya tidak sedih padahal, saya cuma ingin tahu, "Ma, dimana ayah kandung saya?", Saya suka dengan Papa Lolo Soetoro dan sayang dengan adik saya Maya Soetoro, tapi saya ingin tahu juga tentang ayah. Hanya ingin tahu.

Dan ibu akan bilang, suatu saat kamu akan tahu, suatu saat kamu akan mengerti.

Dan saya akan tersenyum, karena ibu juga tersenyum. Suatu saat saya akan mengerti dan saya percaya. Saya kan masih anak-anak waktu itu.


Empat tahun lamanya saya tinggal di Jakarta. Sejak saya pergi, tidak banyak yang saya tahu lagi tentang Indonesia.

Saya masih bisa bahasanya. Sedikit-sedikit. Saya masih hapal namanya. Dan dalam banyak kesempatan, saya masih sering teringat akan kehidupan kami saat itu.

Dan itulah dia. Kehidupan.

Kehidupan yang membawa saya ada di posisi ini sekarang. Kehidupan juga yang membawa ibu dulu tinggal di Jakarta.

Dan kini, kehidupan juga yang akan membawa saya kembali di Jakarta lagi.

Saya akan datang dengan pengawalan, dengan jabatan, dengan wartawan. Akan ada pidato, janji dan sensasi.

Akan banyak negosiasi, kepentingan dan seremoni. Itu pasti.

Tapi mudah-mudahan juga. Akan ada kesempatan untuk saya melihat lagi Jakarta. Untuk melihat lagi kehidupan kami yang dulu.

Untuk jalan di tempat saya berjalan dan berlari dulu. Untuk berkenalan dengan teman yang saya pernah kenal dulu.

Untuk mencium, bau yang pernah saya hirup dulu. Untuk makan, makanan yang pernah saya rasakan dulu.

Karena kali ini saya tidak hanya datang.

Kali ini juga. Saya.

Pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar